BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 23 Januari 2010

MAKALAH UJI COBA MAKANAN (FORMALIN DAN BORAKS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teoritis
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Berikut ini uraian singkat tentang formalin.
Nama Sistematis
Metanal

Nama lain
formol, metil aldehida, oksida metilena


Sifat
Rumus molekul CH2O
Massa molar 30,03 g•mol−1 Penampilan gas tak berwarna
Densitas 1 kg•m−3, gas
Titik leleh -117 °C (156 K)
Titik didih -19,3 °C (253,9 K)
Kelarutan dalam air > 100 g/100 ml (20 °C)

Struktur
Bentuk molekul trigonal planar
Momen dipol 2,33168(1) D

Bahaya
Bahaya utama beracun, mudah terbakar NFPA 704

Senyawa terkait
Aldehida terkait asetaldehida & benzaldehida
Senyawa terkait keton asam karboksilat

Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)


Formalin atau formaldehida yang mempunyai rumus umum CH2O, secara umum kita ketahui berfungsi untuk mengawetkan mayat agar tidak rusak dan dapat bertahan lama untuk beberapa waktu.
Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks.[1] Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).

Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air.
Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.

Dewasa ini banyak tersiar kabar berita di TV mengenai penyalahgunaan fungsi formalin dan boraks yang sebenarnya. Terutama untuk bahan makanan, seperti bakso, mie, tahu, dan lain-lain.
Hal ini sungguh sangat memprihatinkan. Begitu banyak manusia yang tercemar oleh bahan pengawet formalin dan boraks yang sangat membahayaan ini. Akibat ulah manusia-manusia lain yang tidak berprikemanusiaan. Mereka hanya mengejar keuntungan semata, tanpa memperhitungkan kesehatan orang yang mengkonsumsinya.
Sehingga, didalam laporan praktikum ini penulis akan membeberkan dan menjelaskan langkah demi langkah pengujian bahan makanan yang mungkin tercemar oleh formalin dan boraks, seperti bakso dan mie.
1.2 Tujuan
Siswa mampu membedakan mana bahan makanan yang mengandung formalin, dan yang tidak mengandung formalin dan boraks, dengan menggunakan pereaksi formalin dan boraks yang tersedia.



1.3 Alat dan Bahan
Dalam melakukan suatu praktikum, tentunya diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu:
1. Air
2. Penjepit buaya
3. Pipet tetes
4. Bakso
5. Mie
6. Pereaksi 1 boraks
7. Kertas penguji boraks/ indikator
8. Pereaksi 1 formalin
9. Pereaksi 2 formalin
10. Tabung reaksi
11. Mortal penumbuk
1.4 Langkah kerja
Setelah alat dan bahan tersedia, maka selanjutnya adalah melakukan praktikum dengan memperhatikan langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Hancurkan 1 gumpalan daging bakso dan mie (dipisahkan) dengan menggunakan alat pengulik/mortal yang disediakan. Tambahkan air secukupnya, agar kaldu bakso benar-benar terasa dan bisa dimasukkan kedalam pipet.
2. Massukan bakso dan mie (dipisahkan) yang sudah hancur tadi, secukupnya kedalam kedua tabung reaksi dengan menggunakan pipet.
3. Jepit tabung reaksi tadi dengan menggunakan penjepit buaya.
4. Ambil pereaksi 1 formalin, lalu masukan sebanyak 1 sendok takarnya kedalam kedua tabung reaksi yang berisi bakso dan mie tadi. Diamkan selama 5 menit. Amati, apakah terjadi perubahan warna atau tidak.
5. Jika tidak terjadi perubahan warna, maka ambil pereaksi 2 formalin, lalu teteskan sebanyak 20 tetes kedalam tabung reaksi tadi. Campurkan dengan cara mengocok tabung reaksi tersebut. Diamkan selama 5 menit. Amati, apakah telah terjadi perubahan warna atau tidak.
6. Kemudian masukkan bakso dan mie yang sudah hancur tadi kedalam tabung reaksi yang lain untuk menguji kandungan boraks dengan menggunakan pipet.
7. Jepit tabung reaksi dengan menggunakan penjepit buaya.
8. Ambil pereaksi 1 boraks, lalu masukkan sebanyak 20 tetes. Diamkan selama 5 menit.
9. Lalu, amati pada indicator berupa kertas penguji boraks tersebut. Apakah terjadi perubahan warna atau tidak.
10. Catatlah hasil praktikum.

BAB II
PEMBAHASAN MATERI

2.1 Hasil praktikum
Dari praktikum yang siswa-siswi kelompok 2 lakukan, didapat hasil bahwa:
No Nama bahan Perubahan warna
(menjadi keunguan) Hasil
Ya tidak
1 Bakso pedagang A  - Mengandung formalin
2 Bakso pedagang B -  Tidak mengandung formalin
3 Mie pedagang A  - Mengandung formalin
4 Mie pedagang B  - Mengandung formalin

Tabel 1.1: hasil pengujian makanan yang diduga mengandung formalin
No Nama bahan Perubahan warna
(pada kertas indikator menjadi warna merah) Hasil
Ya Tidak
1 Bakso pedagang A -  Tidak mengandung boraks
Bakso pedagang B -  Tidak mengandung boraks
Mie pedagang A -  Tidak mengandung boraks
Mie pedagang B -  Tidak mengandung boraks

Tabel 1.2: hasil pengujian bahan makanan yang diduga mengandung boraks
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama ( desinfektan ) dan banyak digunakan dalam industri. Sejauh ini, pemanfaatannya tidak dilarang namun setiap pekerja yang terlibat dalam pengangkutan dan pengolahan bahan ini harus ekstra hati-hati mengingat risiko yang berkaitan dengan bahan ini cukup besar. Namun kebanyakan orang karena buta dengan uang, maka mereka menggunakan formalin ini untuk mengawetkan makanan.
 Formalin adalah bahan yang berbahaya. Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.

Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
 Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
 Suatu bahan makanan dikatakan mengandung formalin, jika dalam melakukan percobaan , bahan makanan tersebut akan berubah warna dari bening menjadi merah keunguan, jika ditetesi pereaksi 1 dan/atau pereaksi 2 formalin. Dan sebaliknya, jika suatu bahan makanan tidak mengandung formalin, jika tidak terjadi perubahan warna apabila ditetesi dengan pereaksin 1 dan/atau pereaksi 2. Begitu pula dengan boraks, dikatakan mengandung formalin apabila terjadi perubahan warna saat diuji dengan indicator berupa kertas penguji boraks, dan tidak mengandung boraks apabila tidak terjadi perubahan warna.

3.2 saran-saran
 Dalam melakukan praktikum yang berkaitan dengan alat maupun bahan-bahan kimia, diharapkan agar kita tidak menyentuh ataupun menghirup secara langsung bahan-bahan tersebut, karena keteledoran ini akan berakibat fatal bagi kesehatan kita.
 Dalam menuang maupun meneteskan pereaksi formalin, disarankan agar hidung kita berada jauh dari tabung reaksi, sehingga bahan tersebut tidak terhirup secara langsung dan membahayakan kita.

0 komentar: